Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
“ ‘Abdullah (hamba Allah) adalah orang yang ridho terhadap apa yang
Allah ridhoi, murka terhadap apa yang Allah murkai, cinta terhadap apa
yang Allah dan Rasul-nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan
Rasul-Nya benci. Hamba Allah adalah hamba yang senantiasa menolong wali
Allah (kekasih Allah dari orang beriman) dan membenci musuh Allah Ta’ala
(dari orang kafir). Inilah tanda sempurnanya iman.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ
“Barangsiapa yang cinta dan benci karena Allah serta memberi dan enggan memberi karena Allah, maka telah sempurnalah imannya.”[1]Beliau juga bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللَّهِ ؛ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ
“Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta dan benci karena Allah.”[2]”***
Sebelumnya Ibnu Taimiyah rahimahullah membawakan hadits,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْقَطِيفَةِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ
Lantas Ibnu Taimiyah mengatakan, “Inilah yang namanya budak harta-harta
tadi. Jika ia memintanya dari Allah dan Allah memberinya, ia pun ridho.
Namun ketika Allah tidak memberinya, ia pun murka.”
Padahal jika Allah tidak memberi sesuatu, bukan berarti Allah itu
pelit. Kadang kita harus mengetahui bahwa diluaskan dan disempitkannya
rizki atau harta kadang adalah sebagai ujian bagi kita. Ujian itu adalah
apakah kita bisa termasuk hamba Allah yang bersyukur atau tidak dan
bersabar ataukah tidak. Budak atau hamba dunia (baca: ‘abdu dunya)
memiliki sifat sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah di atas. Sedangkan hamba Allah (‘Abdullah) yang sebenarnya
adalah sebagaimana yang disebutkan di awal tulisan ini.
Semoga Allah menganugerahkan sifat hamba Allah yang sebenarnya dan
menjauhkan kita dari sifat hamba dunia. Hanya Allah yang beri taufik.
sumber : http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/3219-hamba-allah-dan-budak-dunia.html
0 comments
Post a Comment